The Scum Villain's Self-saving System #27
Chapter 27: Endless Abyss (Part 3)
Setelah menyelesaikan tugasnya, ia berbalik dan pergi.
NPC ini benar-benar bekerja dengan cermat dan lugas, tanpa sedikit pun kecerobohan. Ini persis dengan cara kerja karya aslinya. Di mana pun Luo Binghe membutuhkannya, ia akan muncul secara misterius. Ini terlalu mengada-ada, sangat eksentrik, dan tidak memerlukan logika!
Satu-satunya hal yang mengada-ada adalah rintangan terakhir yang akan Shen Qingqiu hadapi selanjutnya.
Setelah bertempur sengit, Luo Binghe setengah berlutut di reruntuhan. Kedua matanya kosong, tapi ia tampak seperti siap merobek semuanya kapan saja. Kepalanya kini seperti gunung berapi mematikan yang sudah diam selama bertahun-tahun, lalu tiba-tiba meletus dengan magma di nadi yang mengalir. Hanya memikirkannya, Shen Qingqiu seakan terbakar sampai tulang dan kepalanya sakit.
Sistem mengirimkan pemberitahuan tajam yang belum pernah terjadi.
【Peringatan! Misi kritis: "Jurang Tak Berujung dan Kebencian Tak Berakhir, Langit Penuh Salju Kristal dan Air Mata Darah" resmi dimulai! Jika penyelesaian tidak berhasil, poin kepuasan protagonis -20.000!】
Nama item misi sepertinya semakin lebih banyak mendapatkan tsukkomi daripada yang sebelumnya. Apa itu imajinasiku?
Dan sepertinya, waktu kukonfirmasikan itu denganmu, kaubilang 10.000?
Ini berlipat ganda hanya dalam beberapa hari?
Shen Qingqiu berjalan gemetaran ke arah Luo Binghe yang masih dalam kondisi setengah gila, lalu menampar-namparkan tangannya pada punggung Luo Binghe dan menyalurkan sedikit energi spiritual yang tersisa.
Kaupikir akan berhasil jika sesederhana itu? Bermimpilah!
Tak hanya Luo Binghe tidak sadar, tetapi energi iblis di tubuhnya malah pulih, langsung memaksa Shen Qingqiu untuk menahan darah yang penuh di mulut untuk waktu yang lama.
Hanya pada saat itulah Luo Binghe sedikit sadar.
Perlahan, ia melepaskan diri dari keadaan kacau dan susah payah berhasil mengeja beberapa kata yang kabur. Wajah yang akrab itu berangsur menjadi jelas.
Shen Qingqiu melihat bahwa matanya akhirnya lebih jernih. Ia mendesah lega, lalu menyeka darah di mulut dan berkata dengan nada tenang, "Sudah sadar?"
Ada jeda sesaat. "Kalau sudah sadar, kita bisa bicara baik-baik."
Shen Qingqiu berkata, “Luo Binghe, katakan sejujurnya, berapa lama kau sudah berlatih teknik kultivasi iblis?”
Begitu kata-kata ini keluar, Luo Binghe seakan tiba-tiba jatuh dari ketinggian yang menyesakkan ke kolam yang dingin menusuk tulang. Mustahil untuk tak sadar sepenuhnya.
Ia menatap ekspresi sedingin es Shen Qingqiu dan hatinya langsung tenggelam.
Dulu, Shen Qingqiu selalu memanggilnya Binghe dan tak pernah namanya secara langsung(1).
Dengan suara lirih, ia berkata, “Shizun, murid ini bisa menjelaskan.”
Meski Luo Binghe masih remaja, ia selalu tenang, tidak gentar, dan bersikap dewasa selama ini. Kali ini, Shen Qingqiu benar-benar bisa melihat ekspresi mamang di wajahnya, seakan ia sedang terburu-buru ingin menjelaskan, tetapi tak tahu harus mulai dari mana.
Protagonis pria yang luar biasa hebat telah jatuh ke titik ini. Shen Qingqiu tak tahan melihatnya. Hatinya tak sanggup dan ia buru-buru berkata, "Diam!"
Begitu suara itu keluar, ia sendiri merasa tak yakin. Nadanya terlalu keras. Luo Binghe juga tampak ketakutan olehnya, seperti anak kecil yang ditempeleng, bingung, dan mata gelapnya hanya menatap Shen Qingqiu dengan ketertegunan. Ia lantas diam dengan patuh.
Shen Qingqiu tidak bisa mengeraskan hati untuk menatap lurus ke mata Luo Binghe dan dengan datar, ia merapalkan kalimat, "Kapan mulainya?"
"Dua tahun yang lalu."
Shen Qingqiu bergeming dan tak bicara. Pertanyaan dijawab dengan sangat jujur. Sepertinya, ia betul-betul ketakutan.
Siapa yang tahu jika Luo Binghe spontan menganggap keputusan diamnya sebagai, "Bagus sekali! Kau, murid jahat, kau sudah menyembunyikannya dariku begitu lama!"
Shen Qingqiu berkata dengan lembut, "Dua tahun. Tidak heran kau bisa maju pesat sejauh ini. Luo Binghe, kau memang layak menjadi Luo Binghe. Kau betul-betul berbakat."
Kenyataannya, kalimat ini benar-benar ekspresi kekaguman yang murni dari hati. Sebagai tokoh utama pria, Luo Binghe memang tak diragukan sangat berbakat. Kalau Shen Qingqiu dipaksa mengatakan sesuatu yang dirasakan, itu berarti iri ditambah sedikit kecemburuan.
Namun, di telinga Luo Binghe, maknanya sangat lain.
Ia tiba-tiba berlutut di depan Shen Qingqiu.
Nyawa tua Shen Qingqiu telah berakhir. Lelaki memiliki emas di bawah lututnya(2) dan saat protagonis berlutut, hidupnya tak akan ada lagi. Membiarkan Luo Binghe berlutut di saat kritis seperti ini; apa kelak ia akan semakin dibenci ketika anak itu mengingatnya? Ia segera mengibaskan lengan bajunya. "Bangun!"
Luo Binghe terpukul embusan angin kencang dari lengan bajunya, sehingga ia tak bisa menahan untuk berdiri lagi, bahkan mundur beberapa langkah dan menjadi semakin bingung.
Sudah melakukan sesuatu yang salah, kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Apa ia bahkan punya hak untuk berlutut dan memohon ampun pada Shizun?
Ia bergumam, “Tapi, Shizun, Anda berkata bahwa orang-orang dibagi menjadi yang baik dan yang jahat. Iblis ada yang baik dan ada yang jahat. Tidak ada seorang pun di dunia ini ... yang tidak ditoleransi oleh surga dan bumi."
Apa aku mengatakannya? Setelah bertahun-tahun, Shen Qingqiu serius memikirkannya sejenak.
Sepertinya ia memang mengatakan itu.
Hanya, ada pertimbangan jangka panjang untuk masa depan saat itu, tapi sekarang ada yang lebih genting dengan pisau yang tertahan di leher.
Meski itu pilihan terakhir, tetapi kalau sekarang ia menampar wajah sendiri dengan tiba-tiba memusuhi untuk menyangkalnya, akankah itu agak terlalu tak tahu malu?
“Kau bukan iblis biasa," ujar Shen Qingqiu. "Pola di dahimu itu adalah tanda dosa iblis yang jatuh dari surga. Klan ini sudah menciptakan karma dari pembunuhan yang tidak terhitung jumlahnya di dunia, bahkan sifatnya lebih sulit dikendalikan. Sejak zaman kuno, malapetaka demi malapetaka sudah banyak terjadi. Bagaimanapun, itu tidak bisa disetarakan dengan iblis lain. Aku tidak bisa menunggumu kecanduan membunuh dan tidak bisa mengendalikan diri, lalu membuktikan bahwa apa yang kukatakan salah."
Mendengar perkataan Shen Qingqiu dengan telinganya sendiri, hancurlah harapan Luo Binghe dan bingkai matanya memerah.
Suaranya bergetar saat berkata, “Tapi, Anda mengatakan itu sebelumnya ...."
Aku sudah mengatakan banyak hal, oke! Saat itu, aku bahkan memulaskan belapis-lapis warna merah terang pada beberapa ratus huruf untuk menuntut agar Shen Qingqiu dikebiri.
… itu sama sekali tidak lucu.
Hari ini, Shen Qingqiu yang selalu sangat pandai dalam penyesuaian mental, memecahkan rekor baru frekuensi tsukkomi. Ia memperbarui rekor gila-gilaan, tetapi belum bisa tenang sama sekali. Sebaliknya, ia merasa lelah dan lesu.
Ia terus mencuci otaknya sendiri: penderitaan dan siksaan Luo Binghe saat ini adalah semua hal yang harus ia lalui untuk berdiri di atas semua orang di masa depan. Bagaimana bisa aroma harum bunga prem tercium tanpa sedikit rasa dingin yang menusuk tulang? Dan bagaimana bisa raja iblis penghancur dunia hadir tanpa berlatih di lubang yang dalam selama tiga tahun? Dengan Xin Mo di tangannya, ia memiliki segalanya yang ada di bawah langit dan selama ada tiga ribu harem, ia tak perlu bercinta dengan anjing ... tapi itu tidak berguna.
Sama sekali tidak berguna. Tidak ada yang bisa mengangkat semangatnya.
Shen Qingqiu tiba-tiba mengangkat kepala, lalu membentuk segel pedang dengan dua jari, memanggil Xiu Ya, dan memegangnya di tangan.
Tangannya yang memegang pedang sedikit bergetar dan pembuluh darah halus muncul. Luo Binghe masih tak bisa memercayainya. “Shizun, apa Anda benar-benar ingin membunuhku?"
Shen Qingqiu tidak sanggup melihat ekspresinya dan menatap lurus sosoknya. “Aku tidak ingin membunuhmu."
Dalam ingatan Luo Binghe, belum pernah ia melihat Shen Qingqiu menghadapinya dengan dingin dan tak acuh. Sekalipun ia baru saja memasuki sekte Gunung Cang Qiong dan tidak disukai oleh shizunnya, tatapan Shen Qingqiu tidak sehampa ini, seolah tidak melihat apa-apa.
Tak ada sedikit pun kehangatan. Ini tidak berbeda dari saat ia memandang iblis keji yang akan dipenggal dengan pedang dulu.
Shen Qingqiu berkata, “Hanya saja, apa yang tadi dikatakan pria itu tidak salah. Pada akhirnya, Alam Manusia bukanlah tempat yang bisa kautinggali dalam waktu yang lama. Kau harus kembali ke tempat asalmu.”
Ia melangkah maju; Luo Binghe melangkah mundur, memaksa keduanya mundur sampai tepat di ujung Jurang Tak Berujung.
Begitu menoleh, ia bisa melihat energi iblis yang mengepul dan bergolak tanpa henti di jurang. Puluhan ribu roh meratap pilu, merentangkan ribuan pasang lengan yang cacat ke celah yang menuju Alam Manusia di atas, mengidamkan daging dan darah segar. Bagian yang lebih dalam memudar dalam kabut hitam yang aneh dan cahaya merah.
Xiu Ya tertujuk ke jurang dan Shen Qingqiu berkata, "Kau mau turun sendiri, atau ingin aku melakukannya?"
Dengan egoisnya, ia berharap Luo Binghe akan turun sendiri. Biasanya, orang yang memilih untuk melompat sendiri dari tebing pasti akan tersangkut. Dengan cara inilah ia bisa menipu dirinya sendiri untuk mengubah adegan ini menjadi akhir yang bahagia.
Itu lebih baik daripada ia yang mulai sekarang akan mengingat adegan ini siang dan malam, mengingat bahwa dialah yang menjatuhkan Luo Binghe dengan tangannya sendiri.
Akan tetapi, Luo Binghe masih tidak mau menyerah.
Ia masih tidak percaya bahwa shizun yang begitu baik padanya akan benar-benar mendorongnya ke bawah. Ia tak percaya bahwa setelah bertahun-tahun berinteraksi satu sama lain, siang dan malam, cuma akan digantikan oleh takdir yang buruk.
Sekalipun Xiu Ya menikam dadanya, ia masih mendekap secercah harapan terakhir.
Shen Qingqiu tak bermaksud menikamnya.
Ia hanya menguatkan diri dan mengayunkan pedang untuk menakut-nakutinya. Selama Luo Binghe mundur untuk menghindarinya, niscaya ia akan jatuh. Namun, ia tidak menyangka Luo Binghe berdiri di sana dalam diam, menerima tusukan pedang dengan terbuka.
Tamat sudah riwayatku. Awalnya hanya menendang ke bawah, tapi sekarang ada dendam lain karena pedang!
Luo Binghe membalikkan tangan untuk menahan pedang, tetapi tidak menggunakan kekuatan apa pun; hanya memegangnya dengan biasa. Artinya, jika Shen Qingqiu memutuskan untuk mengerahkan kekuatan, Xiu Ya bisa terus menusuknya sampai menembus tepat di jantung.
Tenggorokannya sedikit bergetar; ia tak mengucapkan sepatah kata pun. Ujung pedang jelas tak menembus jantungnya, tetapi Shen Qingqiu seakan merasakan jantung yang berdetak dengan rasa sakit itu, lantas menjalar dari bilah pedang ke punggung tangan, ke seluruh lengan, lalu sampai ke jantungnya sendiri.
Shen Qingqiu tiba-tiba menarik pedangnya.
Lantaran gerakannya, tubuh Luo Binghe limbung, tetapi ia lekas mengendalikan diri. Melihat Shen Qingqiu tak menyakitinya dengan maksud membunuh, cahaya lindap berkilat di matanya yang sudah redup, bagai percikan yang hampir mati dari abu setelah pembakaran. Sudut bibirnya berhasil tertarik. Ia bertanya-tanya, apakah ia hendak menunjukkan senyuman.
Selanjutnya, Shen Qingqiu menggunakan serangan terakhir untuk memadamkan jejak cahaya terakhir yang tersisa di matanya.
Ia tahu, ia tidak akan pernah melupakan ekspresi Luo Binghe saat jatuh.
Pada saat para pemimpin sekte dan kultivator tiba setelah membereskan iblis-iblis di dalam penghalang Lembah Jue Di, celah retakan Jurang Tak Berujung sudah lama tertutup.
Kecuali Shang Qinghua yang berpura-pura mati, Shen Qingqiu sudah menangani luka orang-orang yang ambruk di tanah, tetapi ia tidak terlalu memperhatikan lukanya sendiri. Pakaiannya berlumuran darah; wajahnya tanpa ekspresi dan pucat pasi. Ia terlihat sangat kacau.
Yue Qingyuan melangkah maju untuk memeriksa denyut nadinya, kemudian mengerutkan kening dan meminta Mu Qingfang, seorang ahli, untuk datang dan memeriksa. Setiap sekte melihat orang-orang yang kacau balau di tanah sebelum mencari dan mengklaim anggota-anggota mereka sendiri, lalu membawa mereka pergi untuk dirawat lebih lanjut.
Liu Qingge menyadari bahwa ada satu orang yang hilang, seseorang yang selalu mengikuti, tapi masih tidak bisa diabaikan oleh Shen Qingqiu dari waktu ke waktu. Ia bertanya, "Di mana muridmu?"
Shen Qingqiu menundukkan kepalanya tanpa menjawab, kemudian mengambil potongan-potongan pedang panjang yang patah menjadi beberapa bagian di tanah. Murid Puncak Qing Jing bergegas dengan tergesa-gesa dan Ming Fan yang bermata yang tajam yang memimpin mereka, melirik pedang dan tergagap, "Shizun, pedang itu bukan ...."
Dulu, ia mendambakan pedang Zheng Yang dari Puncak Wan Jian dan bertahun-tahun memikirkannya. Setelah Luo Binghe menariknya, hatinya terbakar karena cemburu dan selama beberapa malam ia mengutuk sambil bergerak gelisah ke sana kemari di kasur, jadi ia pasti tidak akan mengakui itu.
Ning Yingying tiba-tiba berteriak, “Shizun, jangan menakutiku! Apa ini … apa ini Zheng Yang Ah Luo? Tidak mungkin, 'kan? Tidak, 'kan?”
Pecahlah bisikan-bisikan di sekitar. "Zheng Yang?”
“Kau bicara soal murid terkasih Penguasa Puncak Shen, Luo Binghe?”
“Pedang ada, orang ada. Jika pedangnya patah, bagaimana dengan orangnya?"
"Apa mungkin dia … ahem.”
Seseorang mendesah. "Jika begitu masalahnya, maka sangat disayangkan. Luo Binghe sudah di puncak daftar emas Konferensi Aliansi Dewa."
“Surga iri pada orang berbakat, surga iri pada orang berbakat(3)!"
Ada desahan, ada keterkejutan, ada kesedihan, dan ada yang bersukacita di atas kemalangan orang lain.
Tangis Ning Yingying pecah di tempat.
Meski Ming Fan membenci Luo Binghe dan diam-diam selalu menyumpahinya agar mati, ia tak pernah berpikir untuk benar-benar menginginkannya mati. Selain itu, saat kemudian ia berpikir betapa Shizun amat menyayangi Luo Binghe dan bocah busuk ini pergi tanpa meninggalkan jasad, Shizun pasti akan sangat sedih; suasana hatinya juga mungkin tidak membaik. Seluruh Puncak Qing Jing dirundung duka dan kesuraman. Puncak Xian Shu, yang dihuni oleh gadis-gadis dan dipimpin Qi Qingqi, juga sangat tergerak.
Liu Qingge yang tidak pandai berbicara, menepuk pundak Shen Qingqiu dan berkata, “Muridmu sudah tiada, tapi kau masih bisa menerima yang lain.”
Meskipun tahu bahwa Liu Qingge ingin menghiburnya, Shen Qingqiu masih ingin memberinya tatapan sinis yang samar.
Orang yang tidak menendang murid terakhirnya sekaligus protagonis pria ke dalam Jurang Tak Berujung adalah orang yang cuma pandai bicara, tapi tak pandai melakukan.
Lupakan, lupakan. Ini situasi yang sudah ditentukan.
Shen Qingqiu berkata perlahan, “Luo Binghe, murid Puncak Qing Jing, dibunuh oleh iblis dan tubuhnya jatuh."
—End of Chapter 27—
Catatan kaki
1. Nama lengkap
2. Emas di bawah lutut: berlutut bicara soal harga diri dan pastinya mahal sampai mungkin bisa disetarakan dengan emas.
3. Surga iri pada orang berbakat: arti sebenarnya adalah orang yang sangat disayang Tuhan biasanya dipanggil lebih cepat. Tetapi, biasanya, dalam konteks latar bela diri atau semacamnya, frasa ini lebih ke orang jenius lebih cepat matinya.
Komentar
Posting Komentar